Rahim Pengganti

Bab 186 "Tuhan Berkata Lain"



Bab 186 "Tuhan Berkata Lain"

0Bab 186 "Tuhan Berkata Lain"     
0

Terdiam dengan air mata yang mengalir, hanya itu yang bisa dilakukan oleh Dhira, bahkan untuk berjalan saja diri nya tidak mampu. Rasa nya saat ini, semua yang terjadi begitu hampa. Sakit yang begitu dalam ini, benar benar membuat dirinya tidak bisa mencernah setiap kata yang orang lain lontarkan. Tatapan Dhira kosong, kabar tersebut benar benar membuat separuh perasaan nya hilang seperti di bawah pergi menjauh.     

Seseorang masuk ke dalam kamar nya, dan menatap penuh kesedihan ke arah Dhira, sudah tiga hari gadis itu hanya berdiam diri, tidak ada hal yang diri nya lakukan. Semua seperti tidak berguna bagi nya, semua terlalu cepat untuk Dhira, bukan diri nya tidak ikhlas namun, rasa nya tidak nyaman.     

"Makan dulu sayang," ucap nya. Dhira menoleh ke arah orang tersebut, lalu membalas ucapan nya dengan gelengan kepala, melihat jawaban tersebut membuat nya ikut teriris dengan apa yang terjadi, diri nya berjalan ke arah Dhira dan duduk di samping gadis itu. "Bunda tahu bagaimana perasaan kamu, tapi kita juga harus bisa bertahan, kamu tidak lupa apa pesan terakhir Gaby, kan sayang." Dhira menatap ke arah sang bunda, Gaby kakak nya yang sudah hidup bersama dengan nya hampir delapan belas tahun itu nyata nya harus kembali ke sang pencipta, dan hal itu benar benar membuat Dhira terpukul.     

Tiga hari yang lalu, ketika Gaby sadar dari komanya, gadis itu memberikan sebuah kebahagian yang luar biasa untuk semua orang namun, hal itu hal bisa bertahan beberapa jam saja. Ketika semua nya berada di dekatnya dengan begitu mudah Gaby pergi dan pamit untuk tak bisa kembali.     

Kanker yang bersarang di tubuh gadis itu, sudah menyebar bahkan sampai ke seluruh tubuh nya dokter sudah tidak bisa memberikan harapan dan hari di mana Gaby pergi, Dhira baru mengetahui bahwa kakak nya itu sudah tahu tentang perasaan Dhira dan Arsen dan hal itu semakin membuat Dhira merasa bersalah. Padahal Gaby tidak pernah menyalahkan diri nya.     

"Apakah kakak marah dengan aku Bun? Karena Arsen," ucap Dhira. Hal itu terus menerus yang dipikirkan oleh Dhira, padahal semua orang sudah mengatakan bahwa hal itu bukan menjadi salah Dhira tapi, tetap saja Dhira selalu menyalahkan dirinya. "Tidak sayang, tidak ada yang menyalahkan kamu. Cinta datang karena anugerah dari sang pencipta. Kamu nggak boleh berpikiran seperti itu, yang terpenting saat ini kita doain Kak Gaby, sudah bahagia di sana. Jangan buat dia sedih, Gaby pasti akan sedih kalau kamu juga sedih, adik yang begitu disayangi dirinya," ucap Gina.     

Wanita itu berusaha untuk terlihat kuat, meskipun diri nya juga merasakan apa yang dirasakan oleh Dhira. Namun, diri nya tidak mungkin bersikap seperti itu. Karena masih ada suami dan kedua orang anak nya yang membutuhkan banyak kasih sayang.     

***     

Di meja makan semua berusaha bersikap biasa saja, duka yang terjadi benar benar membuat semua nya terpukul. Gaby adalah sosok gadis dan anak yang sopan, ceria meskipun Gaby tahu jika umur nya sudah tidak lama lagi, tapi dia tetap melakukan apapun untuk bisa terlihat biasa.     

Tante Widi dan juga Om Budi bersama dengan kedua orangtua Gina serta sang mertua saat ini sedang duduk di ruang keluarga mereka sedang membicarakan sesuatu, saat melihat Dira dan juga Gina sedang turun menuju lantai bawah membuat Oma Widi segera mendekat ke arah Dira.     

Wanita paruh baya itu menampilkan senyum yang begitu indah oma Widi langsung membawa Dira kemeja makan. Wanita itu langsung saja menyiapkan beberapa makanan untuk Dira dan meletakkan ke atas piring, Dira lalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.     

"Kamu harus makan yang banyak Sayang nggak boleh sedih ingat Gaby udah bahagia disana dia tidak akan pernah mau melihat kita bersedih terus menerus. Oma yakin saat ini Gaby memang tidak ada di dekat kita namun, diri nya akan selalu ada di dalam hati kita," ucap Oma Widi.     

Dira membalas ucapan dari wanita paruh baya tersebut dengan sebuah anggukan kepala, diri nya lalu mulai memakan makanan yang sudah disiapkan oleh Oma Widi ke atas piringnya. Dengan sangat terpaksa Dira mulai menyendokkan satu demi satu sendok makanan ke dalam mulutnya, Gina duduk di depan anaknya lalu menampilkan senyum yang begitu menawan, dari arah samping terlihat Arka dan juga Dewa masuk ke dalam dan segera menghampiri Dira yang saat ini sedang duduk di meja makan.     

"Kak lihat nih banyak sekali lho aku dapat ikan saat diajak oleh om dewa mancing di rumah nya," ucap Arka. Dira hanya merespon sang adik dengan senyuman gadis itu tidak tahu harus merespon Seperti apa saat ini pikiran nya benar benar tidak menentu memikirkan begitu banyak hal yang membuat Dira rasa nya tidak sanggup namun semua nya harus diri nya lakukan dan hadapi.     

Mungkin bagi setiap orang kehilangan adalah hal biasa namun, berbeda ketika seorang gadis yang baru mengenal banyak hal tentang dunia yang ada di luar dan ingin mengajak saudara nya untuk mengenal juga namun, hal itu harus terhenti, semua impian yang pernah dimimpikan oleh Dira harus kandas begitu saja. Dira yang yang memiliki suatu rahasia tentang apa yang selalu ada di dalam laptopnya memutuskan untuk mengubur semua nya dalam dalam.     

Impian yang hanya ingin diraih wujudkan dan membuat sang kakak begitu bahagia ketika impian tersebut tercapai . Namun, ketika orang yang begitu kita sayangi pergi lebih dulu bahkan tidak akan pernah kembali rasanya begitu hampa dan hal tersebut juga yang saat ini dirasakan oleh Dira. Setelah selesai dari makan Arka lalu mengajak sang kakak untuk duduk di area taman belakang, tanpa banyak hal ataupun ucapan sanggahan dari Dira gadis itu lalu mengikuti sang adik, suasana yang begitu tenang dan syahdu membuat halaman belakang begitu menyenangkan.     

"Kakak tahu tidak jika tempat ini adalah tempat yang berusaha diperbaiki oleh kak Gaby, bahkan ketika diri nya meminta bantuan Baba saat itu Baba tidak setuju karena bagi Baba untuk apa hal tersebut terjadi namun, ketika Kak Gaby pergi Aku akhir nya mengerti kenapa kakak ingin merubah suasana taman ini menjadi lebih baik dan dengan bantuan Om Dewa dan juga Om Akbar akhir nya aku bisa mewujudkan sedikit demi sedikit keinginan Kak Gaby. Dan saat aku bilang sama babak mengenai hal tersebut bahwa juga bersemangat untuk mewujudkan tempat ini dan akhir nya satu hari kami semua bisa mewujudkan tempat yang begitu indah yang ingin diwujudkan oleh kak Gaby semasa hidup nya. Kak aku tahu kita semua merasa kehilangan namun, Kak Gaby juga tidak akan mau melihat Kakak seperti ini ingat bahwa setiap orang bahwa setiap kehidupan maka akan selalu ada kematian dan dua hal tersebut akan selalu mengiringi setiap langkah orang orang yang ada di dekat kita, bahkan hal itu bisa terjadi kepada kita." Arka anak berusia 15 tahun tersebut sudah terlihat sangat dewasa, dengan diam yang dilakukan oleh Dira membuat wanita itu mendengar dengan sangat jelas bagaimana penuturan dari sang adik. Bahwa semua hal akan terjadi meskipun diri nya tidak menginginkan hal tersebut. Namun, takdir Tuhan tidak ada yang tahu.     

"Mungkin Kakak merasa bersalah karena sudah membuat Kak Gaby kecewa akan sebuah fakta yang selama ini berusaha Kakak redam, tapi pernahkah Kakak merasa bahwa hal yang kakak lakukan akan lebih menyakiti ka Gaby jika diri nya tahu bahwa Kakak merelakan kebahagiaan untuk diri nya aku memang baru, anak SMP yang kemarin sore baru lahir tapi aku tahu bahwa kebahagiaan yang paling baik adalah, membahagiakan diri kita sendiri jika kakak tidak pernah bisa membahagiakan. Kakak sendiri bagaimana bisa kakak membahagiakan orang lain berulang kali aku selalu mengucapkan untuk kakak berhenti bertindak menurut, Kakak baik tapi nyata nya tidak karena ketika kita berusaha untuk membuat orang lain bahagia diri kita sendiri juga harus merasakan kebahagiaan tersebut."     

Perkataan yang diucapkan oleh Arka benar benar memukul telak Dira gadis itu lalu menoleh kearah sang adik terlihat dengan sangat jelas derai air mata di sudut mata, Arka adik nya itu ikut menangis dengan apa yang terjadi di lalu memeluk, Arka dengan begitu erat selama ini dirinya selalu memikirkan hal negatif hal yang membuat diri nya menjadi orang lain. Bukan hanya Dira yang merasa tersakiti namun, banyak orang dan, Arsen adalah salah satu nya. Kedua nya saling berpelukan dengan begitu erat tanpa tahu jika sejak tadi banyak orang yang sedang menyaksikan pembicaraan dua orang yang sedang duduk di taman air mata mereka juga mengalir dengan sangat deras.     

Mereka sudah bingung harus membuat Dira seperti apa sudah banyak hal yang disampaikan kan bahwa apa pun yang terjadi kepada Gaby bukan karena diri nya. Tapi tetap saja gadis itu selalu diam dan seolah menyalahkan diri nya sendiri.     

"Ayo kita sama-sama berjuang membahagiakan kedua orang tua kita dan semua orang yang sayang yang sama kita supaya di sana Kak Gaby bahagia. Kakak juga harus ingat apa pesan yang disampaikan Kak Gaby untuk kakak dia tidak pernah marah ataupun kecewa, Jadi Kakak nggak perlu bersikap menutup diri lagi ayo kita sama sama bangkit supaya Kak Gaby bahagia."     

***     

Senyum kebahagiaan Sudah terbit di wajah Dira dan hal itu benar benar membuat semua orang bahagia. Pagi ini ini suasana rumah sudah sepi semua orang sudah pulang ke rumah nya masing masing, Dira sudah cukup selama satu minggu ini izin tidak masuk ke sekolah dan hari ini dirinya memutuskan untuk kembali bersekolah. Pihak sekolah memaklumi hal tersebut karena salah satu dewan komisaris yang ada di yayasan tempat Dira dan juga Arka bersekolah adalah milik sang Eyang kakung Bapak Joyo terhormat.     

Gina menyiapkan semua makanan untuk suami dan kedua anak nya, tak lupa wanita itu juga menyiapkan bekal untuk mereka semua Dafa yang sudah duduk di meja makan saat ini sedang menikmati secangkir teh panas pria itu belum masuk kerja karena masih ingin mendampingi istrinya. Gina memang terlihat begitu tegar dan bisa menerima semua nya namun, ketika Gina seorang diri maka wanita itu akan melampiaskan semua rasa yang ada di dalam dada nya dan sudah beberapa kali Daffa melihat hal tersebut. Pria itu begitu khawatir dengan kondisi sang istri dirinya tidak mau sesuatu hal yang tidak baik terjadi kepada Gina. Sehingga Daffa memutuskan untuk kembali mengajukan cuti supaya diri nya bisa terus mengawasi sang istri hal tersebut juga atas saran kedua mertua nya Ayah Bian dan juga bunda Carissa melihat bahwa Gina begitu terpukul dengan kepergian Gaby.     

"Selamat pagi Bapak Daffa terhormat." Daffa lalu menatap kearah sang anak dengan tatapan yang begitu tajam pria itu tidak menyangka jika Arka bisa menjadi seperti ini orang yang baru saja menyapa Daffa tersebut adalah Arka anaknya yang terkenal dengan sangat pendiam tiba tiba menjadi seseorang yang berubah hal tersebut dapat Daffa kira terjadi sejak Arka begitu dekat dengan adik nya.     

Arka yang dipandang oleh sang ayah dengan begitu tajam segera menampilkan senyum yang begitu menawan anak laki laki itu lalu duduk di dekat sang ayah kedua nya saat ini sedang menunggu Gina dan juga Dira yang masih ada di dalam kamar tak lama gadis cantik yang sudah tersenyum dengan begitu menawan turun dari lantai atas menuju ke meja makan.     

Mereka berempat mulai menikmati sarapan pagi dengan begitu sangat hikmat dan tidak banyak hal yang dibahas, setelah selesai seperti biasa Dafa akan mulai mengantar kedua anak nya. Pria itu juga tidak lagi mengizinkan Dira untuk menggunakan motor yang dipinjamkan kepada Dewa hal tersebut dilakukan supaya anaknya itu terlindung dari hal hal yang tidak diinginkan.     

Apalagi saat ini sedang begitu marak beberapa kasus yang terjadi di dunia luar sana sehingga benar-benar membuat Daffa begitu khawatir. Saat ini kesatuan militer bersama dengan kepolisian Indonesia sedang merencanakan sesuatu hal untuk membasmi beberapa geng motor yang sangat meresahkan warga dan yang sangat anti untuk berurusan dengan kepolisian Indonesia karena tidak ingin ikut campur dengan urusan mereka akhirnya sesuai dengan tugas dari komandan mereka Dafa lalu ikut ke dalam tim tersebut.     

Karena hal itu juga membuat Daffa begitu khawatir dengan kedua anaknya terutama Arka yang saat ini sudah begitu suka mengendarai motor. Sedangkan untuk Dira pria itu dengan sangat lantang melarang anak gadis nya untuk menggunakan motor ke sekolah atau ke mana pun.     

"Kita pergi dulu, kamu jangan capek capek sayang," ucap Daffa. Untuk pertama kalinya Daffa menunjukkan kemesraannya di depan kedua anaknya, melihat kedua orang tuanya bermesraan Dira hanya tersenyum bahagia sedangkan Arka malas melihat hal tersebut. "Mesra Mulu," ucap Arka.     

"Loh terserah dong pasangan halal gitu mau pacaran mau mesraan kan udah halal jadi enggak enggak bakalan dimarahin sama tuhan dong."     

Kedua bapak dan anak itu memang selalu saja membuat semua orang harus tertawa dengan sikap dan tingkah laku yang dilakukan oleh mereka berdua. Gina lalu memberi kode kepada sang suami untuk segera mengantarkan kedua anaknya ke sekolah karena takut nanti mereka berdua terlambat karena perdebatan yang selalu terjadi dan tanpa pernah selesai diantara Dafa dan juga Arka.     

Sepanjang perjalanan Daffa mengajak sang Putri untuk bercerita pria itu ingin sekali mengenal putrinya lebih jauh karena dirinya sadar jika selama ini perhatian mereka berdua lebih terarah kepada Gaby sedangkan untuk Dira sangat sedikit. Beberapa kali juga terdengar perdebatan singkat yang dilakukan oleh kedua orang tersebut Dira hanya bisa geleng-geleng kepala melihat bagaimana sang adik dan juga ayahnya bertengkar setiap saat.     

"Kalian belajar yang rajin ya nanti biar Baba yang jemput Arka nggak boleh jalan sama temen temen nya awas Baba nggak mau dapet laporan hal aneh lagi tentang kamu." Arka hanya menjawab dengan deheman, anak laki laki itu lalu segera turun dari dalam mobil dan diikuti oleh Dira.     

Keduanya lalu berpisah saat memasuki gerbang sekolah masing masing sekolah mereka adalah satu yayasan namun keduanya memiliki gerbang sekolah yang berbeda dan hal itu juga sering membuat para teman teman Dira yang datang terlambat jadi masuk ke gerbang sekolah Arka supaya tidak dihukum oleh guru piket yang sedang berjaga.     

***     

Semua orang di dalam kelas langsung menyambut Dira dengan begitu hangat apalagi ketiga teman teman Dira Mira, Ayu, dan juga Diandra langsung menghampiri Dira mereka sangat bahagia ketika melihat kedatangan Dira kembali ke sekolah.     

"Ye akhirnya ibu ketua kita kembali juga kehangatan dan juga kebahagiaan kelas akhirnya bisa dirasakan kembali." Dira hanya membalas ucapan yang dilontarkan oleh Bagas dengan senyuman yang begitu hangat semua orang di kelas begitu kehilangan Dira ketika gadis itu selama beberapa hari tidak masuk sekolah. Bagi mereka semua Dira adalah sosok wanita yang begitu baik dan juga tidak pernah membedakan satu dengan yang lainnya sehingga hal itu membuat semua orang menjadi menyukai Dira.     

"Pangeran Arsen begitu bahagia ketika melihat putri Dira kembali ke sekolah dan kegalauan yang sering dilakukan oleh pangeran Arsen akhirnya tidak akan terjadi lagi." Ucapan yang di lontarkan oleh Aris, membuat semua orang yang ada di dalam kelas tertawa sedangkan Dira hanya tersenyum saja. Pandangan mata kedua orang tersebut saling bertemu terlihat dengan sangat jelas bahwa saat ini Arsen begitu merindukan sosok Dira yang begitu dirinya sayang.     

Dan ketika melihat bagaimana Dira yang sudah tersenyum kembali membuat hati Arsen begitu bahagia, pria itu membalas senyuman Dira dengan senyuman yang begitu hangat.     

"Aku tuh kangen banget tau nggak sama kamu."     

"Iya aku juga ya ampun dir selama seminggu Nggak ada kamu rasanya kelas ini mati banget nggak ada manis manis nya," ucap Diandra. Mira dan juga Ayu saling menganggukkan kepalanya keduanya setuju dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Diandra. "Maaf ya akunya kelamaan masuk Jadi kalian kesepian dong," balas Dira.     

"Enggak apa-apa Yang penting saat ini kamu udah masuk jadi kita nggak bisa nggak kesepian lagi dong."     

Ketiga teman Dira tidak ada satupun yang akan membahas mengenai apa yang terjadi sebelum nya karena mereka tahu bagaimana sosok Dira yang saat ini bangkit dari keterpurukan akibat ditinggal oleh sang kakak pergi untuk selamanya. Ketiga nya juga sering berkomunikasi dengan Dira lewat ponsel meskipun beberapa kali tidak direspon oleh Dira, meskipun seperti itu mereka bertiga tetap dengan sangat pelan membuat Dira untuk selalu bangkit dalam menghadapi hidup nya.     

Bel istirahat berbunyi, dan seperti biasa semua nya sudah bersiap untuk ke kantin. Begitu juga dengan Dhira, bekal yang ada di tangan nya sudah siap. "Tapi aku bawa bekal, loh emang nggak apa apa, kalau makan di kantin," ucap Dhira. Gadis itu tidak ingin membuat para teman teman nya malu, ketika melihat diri nya masih membawa bekal, padahal selama Dhira tidak ada mereka semua jadi nya membawa bekal masing masing, hal itu dilakukan supaya mereka bisa berada di dalam kelas. "Tenang Ra, bukan cuma kamu aja kita juga sama," ucap Ayu.     

Ketiga nya juga mengeluarkan, bekal mereka dan melihat hal tersebut membuat Dhira tersenyum dengan begitu bahagia. Mereka berempat lalu, berjalan menuju ke arah kantin, mereka lalu memilih tempat duduk yang biasa, tak lupa Diandra akan memesan minum dan beberapa Snack untuk melengkapi bekal makanan mereka.     

"Aku beli Snack buat kita," ucap Diandra. Mereka lalu memakan makanan mereka dengan saling bercerita, hingga Arsen dan geng lalu datang ke meja mereka semua.     

"Kita boleh gabung gak?" tanya Bagas.     

"Duduk aja. Nggak ada yang larang," jawab Dhira. Semua nya juga menganggukkan kepala mereka, setelah itu keempat laki laki itu, duduk sambil menunggu makanan yang mereka pesan.     

"Minggu besok kita jalan bareng mau nggak?" tanya Kafa.     

"Kemana? Tumben banget kalian mau jalan bareng sama kita," jawab sinis Ayu. "Gue ajak salah, nggak gue ajak juga salah. Please deh, kalian kaum hawa, jangan bikin kami jadi seperti makhluk yang selalu salah," ucap Kafa dengan penuh drama.     

"Gak cocok banget sama muka lo, nggak imut yang ada amit," balas Ayu. Mereka lalu tertawa Bagas segera menjelaskan mau kemana mereka semua. Ide ini sebetulnya sudah sangat lama di rancang oleh Arsen, namun, karena satu dan lain hal membuat semua nya tidak terjadi. Dan berhubung Minggu depan mereka semua libur, hal itu dimanfaatkan oleh Arsen untuk mengajak semua teman nya. "Gue nggak maksa, cuman kapan lagi kita jalan bareng. Ini sekelas juga bukan hanya kita berdelapan, dan kalian juga nggak usah takut, di sana ada om dan tante gue yang ngawasi. Kamar cowok dan ceweknya juga jauh jadi semua nya aman. Kalau kalian mau, kita adakan acara ini, tapi kalau kalian nggak bisa. Ya sudah berarti batal," ucap Arsen dengan enteng.     

"Kenapa seperti itu. Harus nya kalau memang pengen ajak sekelas, walaupun kami nggak datang harus jadi dong," balas Dhira. Mereka hanya diam, Dhira kenapa selalu tidak peka dengan apa yang dilakukan oleh Arsen, pria itu sengaja supaya bisa menikmati waktunya bersama dengan Dhira, namun, jika hanya berdua maka Dhira juga tidak akan diizinkan.     

Itulah kenapa sekalian dirinya mengajak seluruh kelas kecuali Dhiko, Arsen masih sangat kesal dengan pria tersebut. Entah kenapa kedatangan Dhiko benar benar membuat posisi Arsen terganggu.     

"Aku tanya Buna dan Baba dulu, kalian tahu bagaimana kondisi keluarga aku sekarang dan aku nggak mungkin pergi begitu saja. Tanpa izin, jadi aku akan kasih kabar," balas Dhira. Mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Dhira membuat semua nya memasang wajah penuh dengan senyum bahagia.     

Mereka lalu melanjutkan makan, dengan sesekali terdengar perdebatan antara Ayu dan Kaga, serta Diandra dan Aris.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.